Mampuhkah kita mencintai tanpa Syarat ?
Selasa, 17 Agustus 2010
Buat para suami baca ya … istri & calon istri juga boleh.
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian..
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak
Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,
sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka
sambil menjenguk Ibunya.. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal
dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata “Pak kami ingin
sekali merawat Ibu semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu tidak ada
sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak tidak ijinkan
kami menjaga Ibu”. dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya
“sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa
Ibupun akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji kami
akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian …”
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.”Anak2ku
… Jikalau perkimpoian & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak
akan menikah … tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu
sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian … sejenak
kerongkongannya tersekat … kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba
kalian tanya Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia
meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan Bapak yg
masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan
Ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun melihat butiran2
kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno … dengan pilu ditatapnya mata suami
yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh
salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun
merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak
tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun
tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkimpoiannya,
tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian)
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,
dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya
dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang
anak yg lucu2 …
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama … dan itu
merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi dia sakit,,,”
Diposting oleh
eddy
di
20.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label:
perenungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar