Kisah Luqmanul Hakim Dan Realiata Kehidupan

Selasa, 17 Agustus 2010

Alkisah pada zaman itu di ceritakan seorang alim (orang yang berilmu),bahkan ada sebuah keterangan yang menyebutkan bahwa beliau termasuk jajaran waliyullah, dia bernama Luqmanul Hakim. Beliau (Luqmanul Hakim) bersama anaknya hendak melaksanakan perjalanan jauh…bersama kendaraannya yaitu seekor keledai (kuda kecil)., dimana mereka berdua bersama kendaraanya menjadi bahan gunjingan dan bahan ejekan orang-orang yang berada di daerah (kampung/kota) yang mereka lalui. Alur ceritanya sebagai mana di atas. Pada suatu hari akan bepergian jauh dengan anaknya, beliau membawa seekor keledai sebagai kendaraannya, namun tak di sangka perjalanan tersebut menjadi sebuah pengalaman dan pelajaran yang amat berharga dalam mengarungi kehidupan,

Isi cerita :

Ketika melewati sebuah daerah A, Lukmanul Hakim mengendarai keledai, sementara anaknya berjalan sambil memegang tali kendali (sejenis tambang) keledai tersebut. Apa dikata, orang-orang mengejek di sepanjang jalan yang dilalui, orang-orang itu berkata : “ Enak betul ya….,ayahnya di atas kendaraan sementara anaknya berjalan sambil mamegang kendali…Ayah macam apa itu ? ”.

Kemudian ketika melewati sebuah daerah B, merekapun berubah posisi, sang anak gentian yang menaiki keledai sementara Lukmanul Hakim turun dan berjalan sambil memegang tali kendali keledai tersebut . Lagi-lagi Orang-orangpun bergunjing : “ Enak betul ya..,Anaknya di atas kendaraan sementara Ayahnya berjalan sambil mamegang kendali…Anak macam apa itu, kaya gak tau sopan santun saja ”.

Kemudian ketika melewati sebuah daerah C, mereka berubah posisi lagi, mereka berdua (luqmanunul hakim dan anaknya) naik bersama-sama di atas keledai tersebut, namun apa di kata Orang-orang pun berkata :“ Anak dan ayah macam apa itu ? keledai kecil kok ditumpangi berdua…..kaya tidak punya perasaan saja ”.

Setelah itu kemudian melewati daerah D, merekapun berubah posisi lagi, yaitu mereka berdua berjalan kaki,keledainya berjalan di belakang.dan mereka hanya memeganga tambang kendali dari depan, Orang-orang pun berkata : “ masa allah…itu anak dan ayah kaya gak punya pikiran saja, masa mereka berjalan..sementara keledai gak di tumpangi….kan mubadzir itu keledai ”.

Inti kesimpulan :

Dari alur kisah di atas kita dapat melihat dan menilai, bahwasannya proses kehidupan kita tak akan lepas dari adanya pandangan dan penilain dari orang-orang, yang tentunya berbeda-beda. Oleh karena itu, jelas buat kita hal tersebut merupakan sebuah proses kehidupan yang amat berharga walaupun terkadang berseberangan (dari adanya setiap pandangan orang-orang) dengan hati naluri dan prinsip kehidupan kita, namun yang penting buat kita naluri hati, prinsip hidup dan asa yang ada dalam hati ini biarkanlah berjalan selagi semua itu masih ada dalam jalur agama kita (tidakbertentangan). Karena jikalau kita hanya mendengar dan mengikuti setiap kata-kata dari setiap orang, terkadang jiwa dan hati kita ini ada pro dan kontra, bahkan terkadang kita merasa bingung, bahkan kecewa yang berlebihan, yang penting selagi kita ada dalam jalur yang benar mengapa tidak kita jalani, biarkanlah mereka berkata. Kita harus ingat kesempuraan bukan milik kita, keilmuaan yang tinggi di manusia tidaklah ada apa-apanya di pandangan yang maha kuasa, kita hanya manusia biasa yang hanya bisa berusaha dan berharap, Tuhan yang akan menentukan segalanya.

0 komentar: